Posts

Kalkulator Pinjaman Usaha Online

Hitung Cicilan, Bunga, dan Total Biaya Pinjaman Bisnis dengan Praktis dan Akurat Jumlah Pinjaman (Rp) ...

Hitung Cicilan, Bunga, dan Total Biaya Pinjaman Bisnis dengan Praktis dan Akurat


kalkulator-pinjaman-usaha


Halo teman-teman!

Kalau kamu lagi cari tambahan modal buat mulai usaha atau ingin mengembangkan bisnis yang sudah berjalan, penting banget untuk tahu seberapa besar cicilan dan total biaya yang harus kamu siapkan. Jangan sampai asal ambil pinjaman tanpa perhitungan, ya! Nah, di sinilah Kalkulator Pinjaman Usaha Online jadi solusi praktis yang bisa bantu kamu.

Kalkulator ini dirancang khusus buat pelaku usaha, UMKM, atau siapa pun yang ingin tahu rincian pinjaman usaha secara lengkap. Mulai dari cicilan bulanan, bunga tahunan, durasi pelunasan, sampai total pembayaran. Semua bisa kamu hitung otomatis hanya dengan beberapa input sederhana.

Cara Menggunakan Kalkulator Pinjaman Usaha

Isi data berikut ini sesuai kebutuhanmu:

Jumlah Pinjaman (Rp):
Masukkan total dana yang kamu butuhkan.
Contoh: 25000000

Suku Bunga Tahunan (%):
Masukkan persentase bunga per tahun.
Contoh: 7.5

Lama Pinjaman (tahun):
Berapa lama kamu ingin melunasi pinjaman.
Contoh: 5

Pembayaran Tambahan per Bulan (Opsional) (Rp):
Isi jika kamu ingin menambahkan pembayaran ekstra tiap bulan.
Contoh: 100000

Klik tombol "Hitung", lalu hasilnya akan langsung muncul. Kamu bisa langsung lihat proyeksi pinjaman tanpa perlu login atau registrasi.

Hasil yang Akan Kamu Dapatkan

  • Cicilan Bulanan: Estimasi angsuran rutin per bulan.

  • Bunga Bulanan Rata-Rata: Bunga rata-rata yang dibayarkan tiap bulan.

  • Total Bunga: Total bunga selama masa pinjaman.

  • Durasi Pelunasan: Waktu perkiraan pelunasan hingga lunas.

  • Total Pembayaran: Jumlah total yang harus dibayarkan (pokok + bunga).

Hasil ini bisa jadi bahan pertimbangan kamu dalam merencanakan strategi keuangan usaha.

Rumus yang Digunakan

Cicilan Bulanan (tanpa tambahan pembayaran):

P = (r × Pokok) / (1 - (1 + r)^-n)

Keterangan:

  • P = cicilan bulanan

  • Pokok = jumlah pinjaman

  • r = bunga bulanan (bunga tahunan ÷ 12 ÷ 100)

  • n = total bulan (lama pinjaman × 12)

Dengan pembayaran tambahan, durasi pelunasan bisa lebih cepat dan bunga jadi lebih ringan.

Simulasi Perhitungan Pinjaman

Jumlah Pinjaman Bunga Tahunan Lama Pinjaman Tambahan Bulanan Cicilan Per Bulan Total Bunga Total Pembayaran
Rp25.000.000 7.5% 5 tahun Rp100.000 Rp501.500 Rp5.089.800 Rp30.089.800
Rp25.000.000 7.5% 5 tahun Rp0 Rp501.500 Rp5.089.800 Rp30.089.800

Simulasi hanya sebagai referensi. Nilai akhir bisa berbeda tergantung ketentuan masing-masing lembaga keuangan.

Manfaat Menggunakan Kalkulator Pinjaman Usaha

  • Tahu estimasi cicilan sebelum ambil pinjaman

  • Bantu kamu buat strategi pembayaran jangka panjang

  • Bisa cek efek pembayaran ekstra per bulan

  • Gampang dipakai, tanpa perlu daftar

  • Gratis dan tersedia kapan saja

Pertanyaan Umum

Apa beda kalkulator ini dengan tabel angsuran biasa?
Tabel angsuran bersifat statis, sedangkan kalkulator ini bisa disesuaikan dengan berbagai skenario dan langsung kasih hasil instan.

Kalau saya bayar lebih tiap bulan, apa dampaknya?
Kamu bisa melunasi pinjaman lebih cepat dan menghemat total bunga.

Apakah ini akurat seperti lembaga keuangan?
Simulasi ini mendekati akurat, tapi bisa saja berbeda karena tiap lembaga bisa pakai metode perhitungan berbeda.

Apakah harus daftar dulu untuk pakai kalkulator ini?
Nggak perlu, langsung aja isi data dan lihat hasilnya.

Yuk Hitung Sekarang!

Dengan alat ini, kamu bisa mulai merencanakan keuangan usaha secara cerdas. Jangan biarkan pinjaman jadi beban. Gunakan kalkulator ini untuk ambil keputusan yang tepat dan biarkan bisnismu berkembang lebih sehat dan terarah!

Read more
Mastering CSS Flexbox for Modern Web Layouts

If you’ve ever struggled to align elements neatly in CSS—or tried to make a layout look good on both desktop and mobile— Flexbox CSS is you...

If you’ve ever struggled to align elements neatly in CSS—or tried to make a layout look good on both desktop and mobile—Flexbox CSS is your new best friend. Short for "Flexible Box Layout," Flexbox is a layout module in CSS3 that provides an efficient way to distribute space and align items in a container, even when their sizes are dynamic.

In this flexbox tutorial for beginners, we’ll guide you step-by-step through what Flexbox is, why it’s essential for responsive design, and how to use it to build clean, adaptable layouts. By the end of this guide, you’ll be able to use Flexbox confidently to build elements like navigation bars, feature sections, and even a CSS flexbox pricing table example.

Whether you're a self-taught developer, a student, or someone shifting into a front-end career, Flexbox will become one of your most powerful tools in building responsive, user-friendly websites.

Illustration: A side-by-side visual of traditional block layout vs. flexbox layout to highlight alignment differences.

Before diving into the code, if you're not yet familiar with CSS fundamentals, check out our CSS basics tutorial on DindinDesign to get up to speed.

Let’s get started by understanding what Flexbox really is and why it matters in modern UI/UX design.

Display: Flex – Making Your Layouts Smarter

The heart of any Flexbox layout begins with one simple line of code:

display: flex;

This declaration transforms a regular HTML element into a CSS flex container, enabling a whole new way of aligning and distributing child elements. Once applied, the element's direct children become flex items—and that's when the magic begins.

What Happens When You Use display: flex

When you apply display: flex to a container, it changes the layout behavior drastically:

  • The child elements (flex items) are aligned along a single axis by default.

  • Items line up horizontally (row direction by default).

  • Default browser rules like display: block or display: inline for children are overridden.

  • The container becomes much more adaptive and responsive by nature.

Here's a basic example:

<div class="flex-container">
  <div>Item 1</div>
  <div>Item 2</div>
  <div>Item 3</div>
</div>
.flex-container {
  display: flex;
  gap: 1rem; /* Adds space between items */
}

With just these few lines, your three divs will now sit side-by-side, nicely aligned, with consistent spacing. That’s the flexbox basics in action.

Why Flexbox Is a Game-Changer

Before Flexbox, developers relied on float, inline-block, or even position: absolute to create horizontal layouts. These methods often required hacks, clearfixes, and lots of manual tweaking—making maintenance a nightmare.

Flexbox simplifies this by letting you:

  • Control alignment vertically and horizontally

  • Create responsive layouts with minimal effort

  • Avoid weird spacing issues and collapsing margins

Bonus Tip: inline-flex

You can also use display: inline-flex if you want the container to behave like an inline element (taking only as much width as needed). This is useful for inline navigation menus or icon toolbars.

Learn More

If you’re curious about how this works under the hood, check out MDN’s display: flex guide and this excellent CSS-Tricks Flexbox guide.

Next up, we’ll dive into how to control the layout direction using the flex-direction property.

Flex Direction – Controlling the Flow of Flex Items

Now that you’ve turned a container into a CSS flex container using display: flex, the next big concept is understanding flex direction in CSS.

By default, Flexbox arranges items in a row, going from left to right. But what if you want your items to stack vertically, like a sidebar? That’s where the flex-direction property comes in.

.flex-container {
  display: flex;
  flex-direction: column;
}

Available Values for flex-direction

There are four main values you can use:

  • row (default): Items flow from left to right.

  • row-reverse: Items flow from right to left.

  • column: Items stack top to bottom.

  • column-reverse: Items stack bottom to top.

Main Axis vs Cross Axis

When you set flex-direction, you’re essentially defining the main axis for your layout:

  • If flex-direction: row, the main axis is horizontal.

  • If flex-direction: column, the main axis is vertical.

The cross axis is always perpendicular to the main axis. Understanding this helps when you start using other Flexbox properties like justify-content or align-items.

Why This Matters in Layouts

Let’s say you’re building a sidebar or mobile navigation menu—you’ll want items to flow from top to bottom, so flex-direction: column is the way to go. Need a horizontal nav bar? Stick with the default row.

You can also combine this with other properties like gap or flex-basis to fine-tune spacing and sizing along the main axis.

Try It Yourself

<div class="flex-column">
  <div>Box A</div>
  <div>Box B</div>
  <div>Box C</div>
</div>
.flex-column {
  display: flex;
  flex-direction: column;
  gap: 10px;
}

Now your boxes will appear stacked vertically, with spacing in between.

For more guidance, see MDN's flex-direction docs.

In the next section, we’ll learn how to align and space items using justify-content and align-items.

Flex Layout – Aligning, Wrapping, and Spacing Made Easy

Creating a responsive CSS layout becomes far easier when you master Flexbox. It takes care of many layout challenges that used to require complex hacks. Whether you’re building navigation menus, card grids, or pricing tables, web layout with Flexbox is cleaner and more adaptable.

Controlling Spacing with gap

The gap property makes it easy to add consistent spacing between flex items without needing margin hacks:

.flex-container {
  display: flex;
  gap: 1rem;
}

This works both for horizontal and vertical directions, depending on your flex-direction.

Aligning Items with justify-content

To align items along the main axis, use justify-content:

.flex-container {
  display: flex;
  justify-content: space-between;
}

Available values include:

  • flex-start

  • flex-end

  • center

  • space-between

  • space-around

  • space-evenly

This lets you create elegant, adaptive spacing between items—great for responsive design on business websites.

Aligning Items on the Cross Axis with align-items

Use align-items to control alignment along the cross axis (vertical by default):

.flex-container {
  display: flex;
  align-items: center;
}

This is especially useful when vertically centering elements, a task that used to be tricky in older CSS.

Wrapping with flex-wrap

By default, Flexbox doesn’t wrap items to the next line. You can change this behavior with flex-wrap:

.flex-container {
  display: flex;
  flex-wrap: wrap;
}

Now your layout will gracefully wrap onto new lines on smaller screens—perfect for a responsive CSS layout.

Bonus: Rearranging Items with order

Flexbox lets you change the visual order of items without modifying the HTML:

.item-special {
  order: 3;
}

This gives you design freedom without sacrificing semantic structure.

Next, we’ll wrap up with some best practices and a motivational call to keep building and experimenting with Flexbox.

Flex Sizing – How Flex Items Grow, Shrink, and Size Themselves

One of the most powerful features of Flexbox is its ability to control how items grow, shrink, and size themselves inside a container. This is the essence of a truly responsive CSS layout.

Understanding flex sizing in CSS means mastering three key properties:

1. flex-grow

This property tells an item how much it can grow relative to its siblings when there’s extra space in the container.

.item {
  flex-grow: 1;
}

All items with flex-grow: 1 will divide the extra space equally. If one item has flex-grow: 2, it gets twice as much extra space as one with flex-grow: 1.

2. flex-shrink

This controls how much an item shrinks relative to others when space is limited.

.item {
  flex-shrink: 1;
}

If you set flex-shrink: 0, the item won’t shrink at all—even if the layout overflows. That can be handy for sticky UI elements.

3. flex-basis

This sets the initial size of the item before growing or shrinking happens. It behaves like width (or height, depending on direction), but it’s more flexible.

.item {
  flex-basis: 200px;
}

It acts as a starting point for Flexbox to calculate how to distribute space.

Putting It All Together: The flex Shorthand

You can combine all three properties in one line:

.item {
  flex: 1 1 200px; /* grow shrink basis */
}

Or use the most common pattern:

.item {
  flex: 1; /* Equivalent to 1 1 0 */
}

This shorthand is especially helpful when you want items to grow and shrink equally.

Common Flex Sizing Patterns

  • Equal-width cards: flex: 1 on all items

  • Sidebar and content: flex: 1 on sidebar, flex: 2 on content

  • Fixed-size button: flex-shrink: 0; flex-basis: 100px;

A Note on Width and Flex-Basis

If both width and flex-basis are set, ``** wins**. Avoid setting both unless you know what you’re doing.

Learn More

Explore MDN’s flex documentation for the full spec, or revisit our internal tutorial on Flexbox spacing and alignment for more real-world examples.

Next, we’ll wrap things up with some final tips and encouragement for your CSS journey!

Mini Project: Pricing Table with Flexbox

Let’s put everything you’ve learned into action with a hands-on mini project! In this section, we’ll build a modern, responsive CSS pricing table using Flexbox.

This kind of flexbox UI component is common in business websites, SaaS landing pages, and product pricing interfaces—so it’s a great high-impact skill to learn. You’ll walk away with a layout that looks clean, works beautifully on all screen sizes, and can be adapted into real-world projects.

Step 1: Basic HTML Structure

Let’s assume you have a simple HTML setup with three pricing cards:

<div class="pricing-container">
  <div class="pricing-plan">
    <h2 class="plan-title">Basic</h2>
    <p class="plan-price">$9/mo</p>
    <ul class="plan-features">
      <li>1 Website</li>
      <li>Basic Support</li>
    </ul>
    <button>Select</button>
  </div>
  <!-- Repeat for other plans -->
</div>

Step 2: Layout with Flexbox

Apply Flexbox to the container:

.pricing-container {
  display: flex;
  justify-content: center;
  gap: 2rem;
  padding: 2rem;
}

.pricing-plan {
  flex: 1;
  max-width: 400px;
  background-color: #f4f4f4;
  border-radius: 8px;
  padding: 1.5rem;
  text-align: center;
}

Now all your pricing plans sit side by side and scale evenly.

Step 3: Make It Responsive

Use a media query to stack the cards vertically on smaller screens:

@media (max-width: 900px) {
  .pricing-container {
    flex-direction: column;
    align-items: center;
  }
}

This is how you create a responsive pricing table layout without needing complex CSS.

Step 4: Styling Details

Add finishing touches like font sizes, colors, and spacing:

.plan-title {
  font-size: 1.5rem;
  font-weight: bold;
  margin-bottom: 1rem;
}

.plan-price {
  font-size: 2rem;
  color: #ff6600;
  margin-bottom: 1rem;
}

.plan-features {
  list-style: none;
  padding: 0;
  margin-bottom: 1.5rem;
}

button {
  background-color: #ff6600;
  color: white;
  border: none;
  padding: 0.75rem 1.5rem;
  border-radius: 5px;
  cursor: pointer;
}

Want a refresher on media queries? Read CSS Media Queries Guide from MDN.

Real-World Use Cases

A well-designed pricing table like this is essential for landing pages, online service platforms, and SaaS products. With Flexbox, you can:

  • Quickly adapt designs for different screen sizes

  • Create UI components that are easy to maintain

  • Avoid float-based or grid-heavy code for simple use cases

Want to dive deeper into layout techniques? Check out our guide to HTML & CSS for Landing Pages.

Next, we’ll close with some parting tips and motivation to keep learning CSS!

Tips on Building a Programming Habit

Well done for making it this far! Completing a full Flexbox tutorial is no small feat—you’ve earned a new belt in your front-end journey. Whether you’re aiming for a tech career or building your own websites, keeping a daily coding habit is the key to lasting progress.

Tag Your Coding to an Existing Habit

One simple way to build consistency is to attach learning CSS consistently to a habit you already have. For example:

  • After your morning coffee, spend 30 minutes practicing CSS

  • After lunch, review one layout concept

  • Before bed, tweak your portfolio or revisit a Flexbox section

By tagging your coding time onto something you already do, it becomes easier to stick with.

Keep It Fun and Flexible

Not every day has to be intense. Some days, just reading an article or watching a short video counts. Other days, you’ll build mini-projects like our CSS pricing table. The important part is to keep moving forward—even in small steps.

Track Your Progress

Use a notebook, a habit tracker app, or even a calendar to mark your coding streaks. Seeing your effort add up is incredibly motivating!

Pro tip: Write blog posts or share mini projects on platforms like CodePen or GitHub to document your learning. You’ll thank yourself later.

Stay Connected and Keep Exploring

If you enjoyed this guide, there’s plenty more waiting for you:

Final Words

Remember: no one becomes a front-end developer overnight. But with consistency, curiosity, and just 30 minutes a day, you’ll be amazed how far you go.

You’ve got this. Keep going. We’re cheering you on.

Read more
Percantik Teks di Website dengan CSS (Font Properties)

Halo teman-teman! Setelah kemarin kita belajar tentang warna di CSS , kali ini kita akan belajar sesuatu yang tidak kalah serunya, yaitu ba...

Halo teman-teman!

Setelah kemarin kita belajar tentang warna di CSS, kali ini kita akan belajar sesuatu yang tidak kalah serunya, yaitu bagaimana mempercantik tulisan atau teks di halaman website kita dengan CSS.

Kamu tentu pernah melihat tulisan di website yang keren-keren, kan? Ada yang besar, kecil, tebal, tipis, bahkan ada juga yang menggunakan gaya tulisan unik. Nah, semuanya bisa kamu lakukan sendiri loh, dengan CSS!

font-properties

Mengenal Font dalam CSS

Di CSS, ada banyak cara untuk mengubah tampilan tulisan atau teks. Berikut beberapa hal dasar yang perlu kamu ketahui:

1. Mengubah Ukuran Teks (font-size)

Ketika membuat website, kamu pasti ingin beberapa teks tampil lebih besar, seperti judul, dan beberapa teks lain lebih kecil, seperti isi paragraf. Di CSS, kita pakai yang namanya font-size untuk mengubah ukuran teks.

Contoh penulisannya begini:

h1 {
    font-size: 24px;
}

p {
    font-size: 16px;
}

Kalau kamu tulis seperti itu, judul (h1) akan menjadi lebih besar daripada paragraf (p).

Ukuran dalam Pixel (px) dan Point (pt)

Kamu mungkin penasah nih, apa bedanya px dan pt?

  • Pixel (px): Ini yang paling sering dipakai di website. Ukurannya sangat kecil, sekitar 0,26 mm.

  • Point (pt): Ini sedikit lebih besar dari pixel, sekitar 0,35 mm. Biasanya dipakai dalam dokumen seperti di Microsoft Word.

Misalnya, ukuran font di Word yang sering kamu pakai seperti 12, 14, atau 16, sebenarnya itu pakai satuan point.

Ukuran Relatif: em dan rem

Selain px dan pt, ada ukuran lain yang disebut em dan rem. Ini unik, karena ukurannya tergantung pada ukuran font lainnya.

  • em: Tergantung ukuran teks dari elemen induknya.

  • rem: Tergantung pada ukuran font di elemen paling utama (biasanya elemen HTML).

Contoh pemakaiannya begini:

html {
    font-size: 16px; /* ukuran dasar */
}

h2 {
    font-size: 2rem; /* 2 kali ukuran dasar = 32px */
}

Kalau ukuran dasar HTML berubah, otomatis h2 juga ikut berubah.

Apa Bedanya em dan rem?

Kalau kamu menggunakan em, ukuran teks akan bergantung pada ukuran elemen induknya. Tapi kalau pakai rem, ukurannya bergantung pada elemen HTML yang paling atas. Jadi, rem biasanya lebih mudah dipakai karena tidak bingung dengan elemen induk lainnya.

Membuat Teks Tebal dengan Font-weight

Nah, kalau kamu ingin tulisan jadi lebih tebal atau tipis, kita gunakan font-weight. Ada beberapa cara untuk menggunakannya:

p {
    font-weight: bold; /* teks menjadi tebal */
}

h1 {
    font-weight: 900; /* teks menjadi sangat tebal */
}

Nilainya bisa pakai angka dari 100 sampai 900, makin tinggi makin tebal.

Memilih Jenis Huruf dengan Font-family

Pasti kamu pernah lihat ada teks dengan gaya tulisan yang keren seperti di poster atau di majalah online, kan? Di CSS, kamu bisa menentukan gaya tulisan yang ingin kamu gunakan dengan font-family.

Cara Menggunakan Font-family

Kamu bisa memilih jenis huruf seperti Arial, Helvetica, atau Times New Roman. Begini contoh penggunaannya:

h1 {
    font-family: "Times New Roman", serif;
}

p {
    font-family: Arial, sans-serif;
}

Kenapa ada dua nama? Itu supaya jika font pertama tidak tersedia, browser akan menampilkan font cadangan yang mirip jenisnya.

Jenis Huruf Gratis dari Google Fonts

Kalau kamu ingin menggunakan jenis huruf yang lebih keren lagi, kamu bisa kunjungi fonts.google.com. Di sana ada banyak sekali jenis font keren yang gratis.

Cara pakainya:

  1. Pilih font favoritmu di Google Fonts.

  2. Salin kode <link> yang disediakan.

  3. Tempelkan di bagian <head> HTML-mu.

Contoh pemakaiannya begini:

<head>
    <link href="link-dari-google-font" rel="stylesheet">
</head>

<style>
h1 {
    font-family: 'Nama Font', sans-serif;
}
</style>

Sekarang teks kamu bisa tampil keren dengan jenis huruf yang dipilih sendiri!

Merapikan Teks dengan Text-align

Nah, selain ukuran dan jenis huruf, CSS juga bisa mengatur posisi tulisan loh, misalnya kiri, tengah, atau kanan.

Kita gunakan text-align seperti ini:

h1 {
    text-align: center; /* teks di tengah */
}

p {
    text-align: right; /* teks rata kanan */
}

Kalau ingin kembali ke posisi biasa, pakai left.

Praktik Langsung Yuk!

Coba sekarang kamu buat sendiri contoh sederhana seperti ini di komputer atau laptopmu:

<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
    <meta charset="UTF-8">
    <title>Latihan CSS Font</title>
    <style>
        html {
            font-size: 18px; /* ukuran dasar */
        }
        h1 {
            font-family: 'Arial', sans-serif;
            font-size: 2rem; /* dua kali ukuran dasar */
            font-weight: 700;
            text-align: center;
            color: coral;
        }
        p {
            font-family: 'Times New Roman', serif;
            font-size: 1rem;
            font-weight: normal;
            text-align: justify;
            color: blue;
        }
    </style>
</head>
<body>
    <h1>Belajar Font di CSS</h1>
    <p>
        Hari ini aku belajar cara mengubah ukuran, gaya, dan posisi teks menggunakan CSS. Ternyata gampang banget dan seru!
    </p>
</body>
</html>

Coba simpan dan buka hasilnya di browser, pasti tampil keren!

Mengapa Penting Mengatur Teks?

Mengatur teks dengan baik sangat penting, karena:

  • Membantu pengunjung nyaman membaca.

  • Tampilan website menjadi lebih menarik.

  • Memudahkan pembaca memahami isi website kamu.

Tips Tambahan dalam Memilih Font

  • Jangan terlalu banyak jenis font dalam satu halaman.

  • Pilih font yang mudah dibaca.

  • Gunakan ukuran font yang cukup besar supaya jelas terbaca.

Sekarang kamu sudah bisa mempercantik tampilan teks dengan CSS. Coba terus berlatih dan bereksperimen dengan berbagai jenis font, ukuran, dan warna yang kamu sukai.

Kalau masih bingung, jangan khawatir. Kamu bisa coba-coba atau tanyakan pada guru atau temanmu.

Semoga artikel ini bermanfaat ya, sampai jumpa di pembahasan seru lainnya!

Selamat belajar!

Read more
Mengenal Warna di CSS

Halo teman-teman! Bagaimana kabarnya? Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang Mengenal CSS Selector (Cara Mengatur Tampilan Webs...

Halo teman-teman! Bagaimana kabarnya? Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang Mengenal CSS Selector (Cara Mengatur Tampilan Website dengan Tepat). Di sana, kita belajar bagaimana menargetkan Element tertentu di dalam HTML menggunakan CSS Selector. Teknik ini penting supaya kita bisa mengatur tampilan setiap Element website sesuai keinginan.

css-colours

Nah, kali ini kita akan melanjutkan pembahasan ke topik yang tidak kalah seru, yaitu CSS Colours atau dalam bahasa Indonesia sering juga disebut warna CSS. Walau kedengarannya sederhana, penguasaan warna di CSS sangatlah berguna untuk membuat tampilan website menjadi lebih menarik. Jika sebelumnya kita hanya sempat menyinggung sedikit soal pengaturan warna di CSS, sekarang kita akan mendalaminya hingga tuntas!

Jika kamu siap, mari kita mulai petualangan warna kita di dalam dunia CSS!

Read more

Halo teman-teman, apa kabar kalian? Jika kalian punya blog atau website dan ingin banget meningkatkan penghasilan lewat Google AdSense, kali...

Halo teman-teman, apa kabar kalian? Jika kalian punya blog atau website dan ingin banget meningkatkan penghasilan lewat Google AdSense, kalian berada di tempat yang tepat. Dalam artikel yang sangat panjang ini, kita akan kupas tuntas gimana caranya menaikkan Cost Per Click (CPC) dan Click-Through Rate (CTR), dua hal penting yang sangat memengaruhi besaran uang yang bisa kalian dapatkan dari iklan di blog.

Kita bakal bahas strategi-strategi jitu supaya blog kalian makin menarik di mata pengiklan. Dengan begitu, nilai klik (CPC) bisa melonjak, dan persentase pengunjung yang mengklik iklan (CTR) juga ikut naik. Kita akan bedah kenapa kedua hal ini krusial, gimana mengoptimalkan konten, cara memilih topik yang pas, sampai gimana menempatkan iklan dengan taktik yang tepat. Nggak ketinggalan, kita juga akan kupas soal SEO—karena kalau blog kalian gampang ditemukan di mesin pencari, jumlah pengunjung pasti meningkat. Lebih banyak pengunjung = lebih besar peluang klik = pendapatan blog yang makin mantap!

Kenapa artikel ini penting? Soalnya banyak banget blogger pemula yang pusing kenapa pendapatan AdSense mereka nggak meroket seperti harapan. Bisa saja topik blog kurang diminati pengiklan, atau penempatan iklannya kurang tepat, atau pengunjung yang datang memang bukan target yang diincar pengiklan. Semua pertanyaan ini akan kita jawab dengan bahasa yang simpel dan ramah, jadi santai aja, siapin camilan, dan mari kita melangkah bareng-bareng.

Catatan Penting: Tenang, di sini kita nggak akan menyebutkan rumus teknis atau formula yang ribet. Intinya, kalian akan tetap dapat esensi penting soal cara menaikkan CPC dan CTR, tanpa perlu pusing dengan angka-angka yang bikin migrain. Yuk, kita langsung jalan!

Di artikel ini, kita punya 20 bahasan utama, mulai dari dasar-dasar Google AdSense sampai strategi lanjutan untuk meningkatkan CPC, CTR, serta membangun traffic yang stabil. Kita juga akan bahas pentingnya menjaga kualitas, menghindari pelanggaran, dan kenapa strategi jangka panjang jauh lebih berguna daripada cara-cara instan. Nanti di akhir, semoga kalian punya gambaran lengkap buat bikin blog kalian lebih “moncer” dalam soal periklanan.

Oke, siap? Mari kita mulai!

Read more

Hello friends, how are you doing? If you own a blog or website and want to earn more revenue through Google AdSense, you’ve come to the righ...

Hello friends, how are you doing? If you own a blog or website and want to earn more revenue through Google AdSense, you’ve come to the right place. In this comprehensive article, we’re going to explore a variety of methods to increase your Cost Per Click (CPC) and Click-Through Rate (CTR), two crucial metrics that greatly influence how much you earn from ads on your blog.

We will dig into how to make your blog more appealing to advertisers so that the monetary value of each ad click (CPC) goes up, and the percentage of people who click on your ads (CTR) also rises. We’ll discuss why these two factors matter, how to optimize your content, strategies for choosing the right topics, and how to place ads strategically. We’ll also highlight the importance of SEO so that your blog becomes easier for people to find through search engines. With increased visibility in search results, you can attract more visitors—and with more visitors, your opportunities for higher ad clicks multiply, which ultimately boosts your blog income.

Why is this article so important? Many beginner bloggers are confused about why their Google AdSense income doesn’t grow as they expect. Perhaps their chosen topic isn’t in high demand among advertisers, or maybe their ad placement is not ideal, or the visitors aren’t aligned with what advertisers want. We’ll address these concerns in a simple, straightforward way. So get comfortable, grab some snacks, and let’s go step by step!

Important Note: We won’t delve into complicated formulas here. Don’t worry, you will still get all the essential information needed to improve your CPC and CTR, without headaches from too many numbers. Let’s keep it simple but thorough!

Below, you’ll find 20 sections covering everything from basic AdSense concepts up to advanced strategies for boosting both CPC and CTR. We’ll also explore how to build long-term blog traffic, keep readers engaged, and maintain ethical standards to avoid any penalty from Google. By the end of this article, you’ll have a well-rounded understanding of how to refine your AdSense strategy for better earnings.

Feel free to revisit specific sections as you implement these techniques on your own blog. Let’s begin!

Read more
Cara Mengatasi Gangguan agar Belajar Pemrograman Lebih Fokus

Halo, Teman-Teman! Belajar pemrograman itu menantang, ya? Selain mempelajari kode, seringkali kita juga harus menghadapi gangguan yang mun...

Halo, Teman-Teman!

Belajar pemrograman itu menantang, ya? Selain mempelajari kode, seringkali kita juga harus menghadapi gangguan yang muncul, baik dari lingkungan sekitar maupun teknologi. Nah, kali ini saya akan berbagi tips mengatasi gangguan agar kamu bisa lebih fokus dan produktif saat belajar.

Belajar Pemrograman Lebih Fokus

Mengapa Gangguan Menghambat Belajar?

Bayangkan ini: Kamu sedang fokus menulis kode, lalu tiba-tiba notifikasi di HP berbunyi. Kamu melihat pesan itu sebentar, tapi saat kembali ke pekerjaan, kamu merasa kehilangan fokus.

Ternyata, menurut penelitian, hanya satu menit gangguan bisa membuat kita butuh hingga 25 menit untuk kembali ke tingkat fokus semula. Jadi, gangguan kecil sekalipun punya dampak besar.

Tips Mengatasi Gangguan Saat Belajar Pemrograman

1. Simpan HP di Tempat Tersembunyi

HP adalah salah satu sumber gangguan terbesar. Untuk menghindarinya:

  • Aktifkan mode pesawat.
  • Simpan HP di laci atau tempat yang tidak terlihat.
  • Gunakan aplikasi pemblokir notifikasi jika perlu.

Dengan begitu, kamu tidak akan tergoda untuk memeriksa HP setiap kali ada notifikasi.

2. Ciptakan Lingkungan Belajar yang Tenang

Kadang gangguan datang dari sekitar, seperti suara berisik atau orang yang sering mengajak bicara. Solusinya:

  • Cari ruangan khusus untuk belajar.
  • Beri tahu orang di rumah bahwa kamu butuh waktu untuk fokus.
  • Gunakan earphone atau headphone untuk mengurangi kebisingan.

3. Pilih Waktu yang Tepat

Jika sulit mencari ketenangan, coba belajar di waktu tertentu:

  • Pagi hari saat suasana masih tenang.
  • Malam hari ketika aktivitas rumah mulai reda.

Menentukan waktu belajar yang tepat bisa meningkatkan konsentrasi secara signifikan.

4. Hilangkan Godaan Kecil

Ada banyak godaan lain yang mungkin mengganggu, seperti:

  • Media sosial.
  • Keinginan untuk membuka video hiburan.
  • Kegiatan kecil seperti ngemil tanpa henti.

Untuk mengatasi ini, buatlah aturan sederhana, misalnya:

  • Bekerja 25 menit tanpa gangguan, lalu istirahat 5 menit (metode Pomodoro).
  • Hanya membuka media sosial setelah menyelesaikan target belajar.

Apa Manfaatnya?

Ketika gangguan berkurang, kamu akan:

  1. Belajar lebih cepat: Karena tidak harus terus-menerus "mengulang fokus."
  2. Meningkatkan kualitas belajar: Dengan konsentrasi penuh, pemahamanmu terhadap materi jadi lebih baik.
  3. Merasa lebih puas: Menyelesaikan tugas tanpa gangguan memberikan rasa pencapaian yang menyenangkan.

Kesimpulan

Gangguan kecil bisa sangat menghambat proses belajar. Dengan mengurangi gangguan seperti notifikasi HP, suara bising, atau godaan lainnya, kamu bisa belajar pemrograman dengan lebih produktif dan efisien.

Cobalah tips di atas, dan lihat bagaimana fokusmu meningkat. Selamat belajar, dan jangan lupa terus berlatih! Sampai jumpa di artikel berikutnya. 

Read more
Membuat Website Sederhana untuk Belajar Warna dalam Bahasa Asing

Halo, Teman-Teman! Kali ini kita akan membuat sebuah proyek website sederhana yang membantu kita belajar nama-nama warna dalam bahasa ...

Halo, Teman-Teman!

Kali ini kita akan membuat sebuah proyek website sederhana yang membantu kita belajar nama-nama warna dalam bahasa asing, contohnya bahasa Spanyol. Proyek ini memanfaatkan HTML dan CSS yang sudah kita pelajari sebelumnya. Harapannya, sambil belajar cara menata tampilan situs, kita juga bisa menambah kosakata bahasa Spanyol. Yuk, kita langsung mulai!

Membuat Website Sederhana untuk Belajar Warna dalam Bahasa Asing

Apa yang Akan Kita Buat?

Kita akan membuat sebuah website dengan daftar warna. Setiap warna akan ditampilkan dengan teks berwarna dan sebuah gambar kotak yang merepresentasikan warna tersebut. Sebagai contoh:

  • Kata “Rojo” akan tampil dengan teks berwarna merah dan dilengkapi kotak berwarna merah.
  • Kata “Azul” akan tampil dengan teks berwarna biru dan dilengkapi kotak berwarna biru.

Tujuan utama dari proyek ini adalah menciptakan tampilan web yang sederhana namun menarik, sekaligus berfungsi sebagai alat bantu untuk menghafal kosakata bahasa Spanyol terkait warna.

Persiapan dan Struktur Proyek

  1. Buat Folder Proyek
    Pertama, siapkan sebuah folder khusus untuk proyek ini. Di dalamnya, kita akan menyimpan dua file penting: index.html dan style.css. Pastikan kamu menempatkan keduanya dalam lokasi yang mudah diakses di komputer.

  2. Persiapkan File HTML (index.html)
    File inilah yang akan menjadi “kerangka” dari website kita. Di dalam file ini, kita membuat tag HTML dasar seperti <html>, <head>, dan <body>. Lalu, kita juga akan menambahkan:

    • <h1> untuk judul halaman, misalnya “Belajar Warna dalam Bahasa Spanyol”.
    • <h2> untuk menampilkan nama tiap warna.
    • <img> untuk menampilkan gambar kotak berwarna.

    Contohnya dapat dilihat di bawah ini:

    <!DOCTYPE html>
        <html lang="id">
        <head>
            <link rel="stylesheet" href="style.css">
            <title>Belajar Warna</title>
        </head>
        <body>
            <h1>Belajar Warna dalam Bahasa Spanyol</h1>
        
            <h2 id="red" class="color-title">Rojo</h2>
            <img src="red.jpg" alt="Kotak Merah">
        
            <h2 id="blue" class="color-title">Azul</h2>
            <img src="blue.jpg" alt="Kotak Biru">
        
            <!-- Kamu bisa menambahkan warna lainnya, misalnya Verde (hijau), Amarillo (kuning), dan seterusnya -->
        </body>
        </html>
        
  3. Buat File CSS (style.css)
    File CSS digunakan untuk mengatur tampilan atau desain halaman. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:

    • Pengaturan Latar Belakang Halaman
      Pastikan file CSS sudah tersambung dengan benar. Caranya, masukkan kode sederhana seperti di bawah ini di awal file style.css:

      body {
              background-color: lightgray;
          }
          

      Jika di browser latar belakang halaman berubah menjadi abu-abu, artinya file CSS sudah terhubung dengan baik.

    • Memberi Warna pada Teks
      Kita akan menggunakan ID Selector untuk mewarnai teks setiap nama warna. Contoh:

      #red {
              color: red;
          }
          
          #blue {
              color: blue;
          }
          
          /* Tambahkan ID untuk warna lain, misalnya #green untuk 'Verde' */
          

      Dengan cara ini, teks “Rojo” akan otomatis berwarna merah, sedangkan teks “Azul” akan otomatis berwarna biru.

    • Pengaturan Font-Weight
      Kita mungkin ingin membuat tampilan teks tidak terlalu tebal. Kamu bisa menggunakan Class Selector seperti berikut:

      .color-title {
              font-weight: normal;
          }
          

      Hasilnya, semua elemen <h2> yang memiliki class “color-title” akan memiliki ketebalan huruf yang lebih ringan.

    • Penyesuaian Ukuran Gambar
      Supaya tampilan gambar kotak warna terlihat seragam, atur lebar dan tinggi gambar menggunakan Element Selector:

      img {
              width: 200px;
              height: 200px;
              display: block;
              margin: 10px auto;
          }
          

      Dengan begitu, setiap kotak akan berukuran 200x200 piksel dan berada di tengah (dengan margin: 10px auto;).

Menambahkan Warna dan Variasi

Agar website ini makin seru, cobalah menambahkan warna lain. Misalnya:

  • Verde (Hijau)
  • Amarillo (Kuning)
  • Negro (Hitam)
  • Blanco (Putih)

Setelah menambahkan <h2> dan <img> untuk masing-masing warna di index.html, jangan lupa menambah ID baru di style.css, misalnya:

#green {
        color: green;
    }
    
    #yellow {
        color: yellow;
    }
    
    /* Dan seterusnya */
    

Hal ini akan membuat website semakin kaya dan membantu kita mengenali lebih banyak kosakata bahasa Spanyol.

Hasil Akhir

Setelah semua langkah diterapkan, website kita akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Teks nama warna akan muncul dengan warna sesuai artinya.
  2. Font lebih ringan dan terkesan rapi.
  3. Gambar kotak untuk setiap warna akan berukuran seragam 200x200 piksel.

Melihat hasil akhirnya, kita bisa sekaligus belajar mengenali warna dan kosakata baru. Dengan terus menambahkan variasi warna, tampilan website akan semakin komprehensif dan edukatif.

Proyek sederhana ini memadukan keseruan belajar HTML dan CSS dengan mempelajari bahasa Spanyol. Kamu juga bisa mengaplikasikan konsep yang sama untuk bahasa lain, atau bahkan menambahkan fitur interaktif seperti kuis warna menggunakan JavaScript. Jangan lupa untuk terus bereksperimen dan menyesuaikan desain agar lebih menarik. Semoga proyek ini bermanfaat dan menambah semangat belajar kamu.

Selamat mencoba, dan kita akan berjumpa lagi di artikel seru selanjutnya!

Read more

Halo, Teman-Teman! Pada artikel kali ini, kita akan membahas CSS Selector , yaitu cara untuk memilih elemen HTML mana yang ingin kita atur ...

Halo, Teman-Teman!

Pada artikel kali ini, kita akan membahas CSS Selector, yaitu cara untuk memilih elemen HTML mana yang ingin kita atur tampilannya menggunakan CSS. Dengan memahami CSS Selector, kamu bisa mengatur warna, ukuran, atau tata letak elemen di website dengan lebih mudah.

Apa Itu CSS Selector?

CSS Selector adalah bagian dari CSS yang digunakan untuk "menargetkan" elemen HTML tertentu agar gaya (style) bisa diterapkan pada elemen tersebut. Selector bekerja dengan cara membaca HTML dan memilih elemen yang sesuai, kemudian menerapkan aturan CSS yang kamu tulis.

Berikut ini adalah beberapa jenis CSS Selector yang sering digunakan:

1. Element Selector

Element Selector digunakan untuk menargetkan semua elemen dengan nama tag tertentu.

Contoh:

<h1>Judul</h1>
<h2>Subjudul</h2>
h1 {
    color: blue;
}

Hasilnya, semua elemen <h1> di halaman akan berubah menjadi biru.

2. Class Selector

Class Selector digunakan untuk menargetkan elemen-elemen dengan atribut class tertentu. Class dapat digunakan pada banyak elemen sekaligus.

Contoh:

<h1 class="judul-biru">Judul</h1>
<p class="judul-biru">Paragraf</p>
.judul-biru {
    color: blue;
}

Hasilnya, elemen <h1> dan <p> yang memiliki class="judul-biru" akan berubah menjadi biru.

3. ID Selector

ID Selector digunakan untuk menargetkan elemen dengan atribut id. ID bersifat unik, hanya boleh digunakan pada satu elemen per halaman.

Contoh:

<h1 id="judul-utama">Judul</h1>
#judul-utama {
    color: red;
}

Hasilnya, elemen <h1> dengan id="judul-utama" akan berubah menjadi merah.

4. Attribute Selector

Attribute Selector digunakan untuk menargetkan elemen berdasarkan atribut tertentu, seperti draggable atau href.

Contoh:

<p draggable="true">Bisa diseret</p>
<p draggable="false">Tidak bisa diseret</p>
p[draggable="true"] {
    color: green;
}

Hasilnya, hanya paragraf dengan draggable="true" yang berubah menjadi hijau.

5. Universal Selector

Universal Selector digunakan untuk menargetkan semua elemen dalam halaman HTML.

Contoh:

<h1>Judul</h1>
<p>Paragraf</p>
* {
    text-align: center;
}

Hasilnya, semua elemen akan diratakan ke tengah.

Latihan: Gunakan CSS Selector

  1. Buat file HTML sederhana dengan beberapa elemen seperti <h1>, <p>, atau <div>.
  2. Tambahkan class, id, atau atribut lainnya pada elemen-elemen tersebut.
  3. Tulis aturan CSS untuk masing-masing selector di file CSS terpisah.
  4. Lihat bagaimana selector bekerja untuk menargetkan elemen tertentu.

Kesimpulan

CSS Selector adalah alat penting untuk mengatur tampilan elemen HTML. Dengan memahami cara kerja element, class, ID, attribute, dan universal selector, kamu bisa mengatur desain website dengan lebih efisien dan terstruktur.

Di artikel berikutnya, kita akan membahas CSS Specificity, yaitu cara menentukan prioritas jika ada beberapa aturan CSS yang saling bertabrakan. Selamat mencoba, dan sampai jumpa! 

Read more

Halo, Teman-Teman! Kali ini kita akan belajar tentang 3 cara menambahkan CSS ke HTML . CSS adalah cara terbaik untuk membuat website tampa...

Halo, Teman-Teman!

Kali ini kita akan belajar tentang 3 cara menambahkan CSS ke HTML. CSS adalah cara terbaik untuk membuat website tampak menarik dengan warna, tata letak, dan font yang keren. Yuk, kita bahas cara menambahkannya ke dalam HTML!


Apa Itu CSS?

CSS adalah singkatan dari Cascading Style Sheets, yang digunakan untuk mengatur tampilan website seperti warna, tata letak, dan animasi. Dengan CSS, kita bisa memisahkan desain dari konten HTML, sehingga kode menjadi lebih rapi dan mudah dikelola.

Ada 3 cara utama untuk menambahkan CSS ke HTML:

  1. Inline CSS
  2. Internal CSS
  3. External CSS

Setiap cara memiliki kegunaan yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.


1. Inline CSS

Apa itu Inline CSS?
Inline CSS berarti menambahkan gaya langsung di elemen HTML menggunakan atribut style. Ini cocok untuk perubahan cepat pada satu elemen saja.

Contoh:

<h1 style="color: blue;">Halo, teman-teman!</h1>

Kelebihan:

  • Mudah digunakan untuk mengubah elemen tertentu.

Kekurangan:

  • Tidak efisien untuk mengatur banyak elemen.
  • Membuat kode HTML terlihat berantakan.

2. Internal CSS

Apa itu Internal CSS?
Internal CSS ditulis di dalam tag <style> yang berada di bagian <head> pada dokumen HTML. Cara ini cocok untuk satu halaman website.

Contoh:

<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
    <style>
        h1 {
            color: red;
        }
    </style>
</head>
<body>
    <h1>Halo, teman-teman!</h1>
</body>
</html>

Kelebihan:

  • Semua gaya terpusat di satu tempat (di tag <style>).
  • Cocok untuk halaman tunggal.

Kekurangan:

  • Tidak efisien untuk website dengan banyak halaman.

3. External CSS

Apa itu External CSS?
External CSS ditulis di file terpisah dengan ekstensi .css, seperti style.css. File ini dihubungkan ke HTML menggunakan tag <link>.

Contoh:

<!-- File HTML -->
<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
    <link rel="stylesheet" href="style.css">
</head>
<body>
    <h1>Halo, teman-teman!</h1>
</body>
</html>
/* File style.css */
h1 {
    color: green;
}

Kelebihan:

  • File CSS dapat digunakan di banyak halaman website.
  • Mempermudah pengelolaan dan pembaruan desain.

Kekurangan:

  • Membutuhkan pengaturan file tambahan.

Kapan Menggunakan Masing-Masing Cara?

  1. Inline CSS:
    Gunakan hanya untuk perubahan kecil pada satu elemen.

  2. Internal CSS:
    Cocok untuk proyek kecil atau halaman tunggal.

  3. External CSS:
    Pilihan terbaik untuk proyek besar dengan banyak halaman. Ini juga merupakan standar di dunia pengembangan web.


Latihan: Tambahkan CSS ke HTML

Coba praktekkan 3 cara menambahkan CSS di atas. Buat file HTML sederhana, lalu tambahkan gaya menggunakan inline, internal, dan external CSS. Amati perbedaannya!


Kesimpulan

Menambahkan CSS ke HTML bisa dilakukan dengan 3 cara: inline, internal, dan external. Setiap cara memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung kebutuhan proyekmu. Di artikel berikutnya, kita akan belajar lebih dalam tentang selector CSS untuk menargetkan elemen tertentu dengan lebih fleksibel.

Selamat mencoba, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya! 

Read more

Halo, Teman-Teman! Di artikel kali ini, kita akan mengenal CSS (Cascading Style Sheets). Jika sebelumnya kita sudah belajar tentang HTML,...

Halo, Teman-Teman!

Di artikel kali ini, kita akan mengenal CSS (Cascading Style Sheets). Jika sebelumnya kita sudah belajar tentang HTML, sekarang saatnya mempelajari CSS, yaitu teknologi yang membuat website tampak menarik. Kenapa CSS penting? Yuk, kita bahas!


Apa Itu CSS?

CSS adalah singkatan dari Cascading Style Sheets. Sesuai namanya, CSS bekerja dengan cara seperti "air terjun" (cascade), di mana gaya diterapkan dari yang paling umum ke yang paling spesifik. Dengan CSS, kita bisa mengatur tampilan website, seperti warna, ukuran font, tata letak, dan banyak lagi.


Kenapa Kita Membutuhkan CSS?

Saat internet pertama kali muncul, semua website hanya menggunakan HTML. Hasilnya? Website terlihat kaku dan mirip satu sama lain. Semua elemen styling, seperti warna atau tata letak, harus ditulis langsung di dalam kode HTML, sehingga kode menjadi sangat panjang dan sulit dibaca.

Nah, di tahun 1996, muncullah CSS yang memisahkan antara konten (HTML) dan desain. Dengan CSS, kode HTML tetap rapi, dan kita bisa mengatur tampilan website di file yang terpisah. Inilah yang disebut dengan "separation of concerns".


Apa yang Bisa Dilakukan CSS?

CSS memungkinkan kita melakukan banyak hal yang tidak mungkin dilakukan dengan HTML saja. Misalnya:

  1. Mengubah Warna dan Font: CSS dapat mengatur warna teks, ukuran, dan jenis font agar tampak lebih menarik.
  2. Mengatur Tata Letak: CSS dapat mengatur posisi elemen di halaman, seperti menempatkan gambar di tengah atau membuat kolom.
  3. Membuat Animasi: Dengan CSS, kita bisa membuat transisi dan animasi sederhana tanpa menggunakan JavaScript.

Untuk melihat perbedaannya, coba bayangkan website sederhana dengan HTML saja. Tampilannya akan biasa saja. Tapi, jika kita tambahkan CSS, website tersebut bisa terlihat jauh lebih cantik dengan warna, font, dan tata letak yang menarik.


Contoh Transformasi HTML dengan CSS

Kamu bisa mencoba bermain dengan website berikut: appbrewery.github.io/just-add-css. Di sana, kamu bisa mematikan dan menghidupkan CSS untuk melihat perubahan yang terjadi. Tanpa CSS, tampilan website sangat polos. Tetapi begitu CSS diaktifkan, website langsung berubah menjadi lebih indah.


Kesimpulan

CSS adalah kunci untuk membuat website yang menarik dan mudah diatur. Dengan memisahkan konten dari desain, CSS membantu kita fokus pada masing-masing bagian tanpa membuat kode jadi berantakan.

Di artikel selanjutnya, kita akan mulai belajar cara menulis kode CSS pertama kita dan bagaimana menghubungkannya dengan HTML. Siap mencoba?

Selamat belajar, dan sampai jumpa di artikel berikutnya! 

Read more
Cara Hosting Website Secara Gratis dengan GitHub

Halo teman-teman! Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar bagaimana cara hosting website yang sudah kita buat sebelumnya secara gratis...

Halo teman-teman!

Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar bagaimana cara hosting website yang sudah kita buat sebelumnya secara gratis menggunakan GitHub. Dengan melakukan hosting, website kamu bisa diakses oleh siapa saja dari berbagai belahan dunia. Bahkan, temanmu yang tinggal di negara lain juga bisa melihat website milikmu tanpa hambatan. Penasaran bagaimana caranya? Yuk, kita bahas satu per satu!

Cara Hosting Website Secara Gratis dengan GitHub

Apa Itu Web Hosting?

Sebelum kita masuk ke pembahasan teknis, penting untuk memahami dulu apa itu web hosting. Secara sederhana, web hosting adalah proses menyimpan berkas-berkas website (seperti file HTML, CSS, JavaScript, gambar, dan berkas pendukung lainnya) di dalam sebuah web server yang terhubung dengan internet. Dengan cara ini, orang lain bisa membuka website kita kapan pun dan di mana pun selama mereka terhubung ke internet.

Kalau saat ini kamu hanya menyimpan file HTML di komputermu sendiri, website tersebut hanya bisa diakses secara lokal, atau biasa disebut local development. Ini tentu membatasi akses karena hanya komputer tersebut yang dapat menampilkan halaman website. Untuk membuat website-mu bisa diakses banyak orang, kita perlu memindahkan file tersebut ke server agar website benar-benar live dan siap dikunjungi siapa saja.

Mengapa Memilih GitHub untuk Hosting?

Ada banyak pilihan layanan hosting di internet, mulai dari yang gratis hingga berbayar. Namun, GitHub menawarkan beberapa kelebihan yang menjadikannya pilihan menarik, khususnya bagi kita yang baru belajar dan tidak mau mengeluarkan biaya tambahan. Berikut beberapa alasannya:

  1. Gratis: GitHub mengizinkan kita untuk menyimpan kode sumber dan file-file proyek tanpa biaya. Ini sangat cocok bagi pemula atau pelajar.
  2. Kemudahan Kolaborasi: GitHub menyediakan version control system berbasis Git. Artinya, kamu bisa bekerja sama dengan banyak orang dalam satu proyek, sekaligus melacak perubahan kode dengan mudah.
  3. GitHub Pages: Fitur ini memungkinkan kita untuk melakukan hosting website statis (HTML, CSS, JavaScript) secara langsung dari repository GitHub kita. Prosesnya relatif mudah dan tidak membutuhkan konfigurasi server yang rumit.
  4. Portofolio Online: Bagi yang ingin memamerkan hasil kerja atau portofolio, GitHub Pages adalah cara praktis untuk memperlihatkan kemampuanmu di bidang web development. Kamu bisa membagikan tautan website-mu ke teman, klien, atau perekrut kerja dengan mudah.

Dengan segala kelebihan tersebut, tidak heran kalau GitHub menjadi pilihan favorit banyak pengembang, baik yang sudah profesional maupun pemula.

Langkah-Langkah Hosting Website di GitHub

Berikut ini adalah panduan yang dapat kamu ikuti untuk mengunggah website ke GitHub dan menampilkannya secara online.

1. Buat Akun GitHub

  • Jika kamu belum memiliki akun, kunjungi github.com dan daftar menggunakan email.
  • Setelah mendaftar, jangan lupa untuk memverifikasi email dan lengkapi profilmu.
  • Jika sudah punya akun GitHub, kamu bisa langsung masuk dengan mengklik Sign In.

2. Buat Repository Baru

  1. Setelah masuk ke GitHub, cari tombol "+" di pojok kanan atas halaman GitHub.
  2. Klik tombol New Repository untuk membuat repository baru.
  3. Beri nama repository sesuai kebutuhan, misalnya html-portfolio atau personal-website.
  4. Pastikan repository dibuat Public agar semua orang dapat mengakses file website.
  5. Centang opsi Add a README file untuk menambahkan file README secara otomatis.
  6. Terakhir, klik Create Repository.

Repository inilah yang nantinya menjadi tempat kita menyimpan seluruh file website.

3. Unggah File Website

Setelah repository berhasil dibuat, kita perlu mengunggah file HTML, CSS, JavaScript, dan file lainnya ke dalam repository tersebut. Langkahnya adalah sebagai berikut:

  1. Masuk ke halaman repository yang baru saja dibuat.
  2. Klik tombol Add file, lalu pilih Upload files.
  3. Seret (drag) semua file dari folder proyek web-mu ke area unggah di GitHub.
    • Sebagai catatan, sebaiknya unggah hanya isi folder, bukan folder itu sendiri.
  4. Setelah file berhasil diunggah, klik Commit changes untuk menyimpan file ke repository.

Ingat, usahakan nama file utamamu adalah index.html, karena GitHub Pages akan menampilkan file ini sebagai halaman utama website.

4. Atur GitHub Pages

Setelah mengunggah file, kita perlu mengaktifkan GitHub Pages untuk repository tersebut agar website bisa diakses. Berikut caranya:

  1. Masuk ke tab Settings di repository GitHub (biasanya ada di bagian atas halaman).
  2. Gulir ke bawah sampai menemukan bagian Pages (di GitHub terbaru, terkadang terletak di sidebar kiri di bawah menu “Code and automation” atau “Pages”).
  3. Di bagian Branch, ubah dari “None” menjadi main.
  4. Klik Save atau Save Changes untuk mengaktifkan GitHub Pages.

Setelah langkah ini selesai, GitHub akan memproses build website milikmu. Prosesnya hanya memakan waktu beberapa menit saja.

5. Tunggu Hingga Website Aktif

Dalam beberapa saat, GitHub akan menampilkan alamat atau URL website-mu di bagian GitHub Pages. Biasanya formatnya seperti ini:

https://username.github.io/html-portfolio

Di sinilah kamu bisa melihat website-mu yang sudah live. Jika URL tersebut belum muncul atau belum aktif, tunggu beberapa menit dan refresh halaman. Terkadang, GitHub membutuhkan waktu untuk memproses dan menyebarkan (deploy) website tersebut.

Tips dan Trik

  1. Gunakan index.html sebagai File Utama
    Pastikan file utama berisi struktur HTML utamamu bernama index.html. Inilah file yang akan secara otomatis dibuka oleh GitHub Pages.

  2. Perhatikan Ukuran Gambar
    Jika website-mu memuat banyak gambar, cobalah untuk mengecilkan (kompres) gambar tersebut sebelum diunggah. Hal ini akan membantu website terbuka lebih cepat saat diakses pengunjung.

  3. Struktur Folder yang Rapi
    Pisahkan file CSS, JavaScript, dan gambar ke dalam folder masing-masing (misalnya css, js, dan images). Struktur yang rapi akan memudahkanmu dalam melakukan perubahan di kemudian hari.

  4. Pantau Menu Settings > Pages
    Jika website tidak langsung muncul, coba refresh halaman Settings > Pages beberapa kali. Kadang-kadang, GitHub butuh waktu lebih lama untuk deploy.

  5. Gunakan Fitur Custom Domain (opsional)
    Jika suatu saat kamu ingin memakai domain sendiri (misalnya, namamu.com), GitHub Pages juga mendukung custom domain. Namun, ini membutuhkan pengaturan DNS dan pembelian domain terpisah.

Bagikan Website Anda!

Setelah semuanya selesai, jangan lupa untuk membagikan URL website-mu ke teman, keluarga, atau rekan kerja. Ini adalah bukti nyatamu bahwa kamu sudah berhasil membuat website yang dapat diakses banyak orang. Semakin sering website-mu dikunjungi, semakin besar pula kesempatanmu mendapatkan masukan berharga untuk pengembangan berikutnya.

Selain itu, website yang sudah aktif di GitHub Pages juga dapat dijadikan portofolio online. Apabila kamu sedang mencari pekerjaan di bidang web development atau desain, menampilkan website ini kepada recruiter atau klien potensial bisa menjadi nilai tambah. Mereka dapat melihat langsung hasil kerjamu dan menilai seberapa jauh kemampuanmu dalam membangun tampilan maupun fungsionalitas website.

Selanjutnya

Kita sudah berhasil membuat website online menggunakan GitHub Pages. Langkah-langkahnya pun tidak sulit, bukan? Pada pelajaran atau tutorial berikutnya, kita bisa melanjutkan dengan mempelajari CSS (Cascading Style Sheets) untuk mempercantik tampilan website. Dengan CSS, kita bisa mengubah warna, mengatur tata letak, dan menambahkan berbagai efek visual yang menarik. Website yang terlihat profesional tentu akan membuat pengunjung betah, dan pada akhirnya meningkatkan kredibilitas kamu sebagai pembuatnya.

Jika kamu sudah menguasai HTML dan CSS, maka langkah berikutnya adalah mencoba JavaScript untuk menambahkan interaktivitas pada website. Semoga tutorial singkat ini bermanfaat dan membantu kamu memahami cara hosting website secara gratis dengan GitHub.

Selamat bereksperimen, dan sampai jumpa di pelajaran selanjutnya! Jangan lupa terus belajar dan bereksplorasi dengan berbagai fitur menarik yang ditawarkan GitHub. Semoga sukses!

Read more

Halo teman-teman! Selamat! Kita sudah sampai di bagian proyek besar: membuat website portfolio pertama . Website ini adalah tempat di mana ...

Halo teman-teman!

Selamat! Kita sudah sampai di bagian proyek besar: membuat website portfolio pertama. Website ini adalah tempat di mana kamu bisa memamerkan hasil kerja dan proyek coding yang sudah kamu buat. Siap? Yuk kita mulai langkah-langkahnya!


Apa Itu Website Portfolio?

Website portfolio adalah halaman yang menunjukkan karya atau proyek yang sudah kamu buat. Bagi seorang web developer, memiliki portfolio adalah cara terbaik untuk menunjukkan keahlianmu kepada orang lain, seperti teman, keluarga, atau bahkan calon pemberi kerja.

Pada proyek kali ini, kita akan membuat website portfolio sederhana hanya dengan HTML.


Struktur Website Portfolio

Nantinya, website kita akan memiliki:

  1. Judul dan Subjudul: Untuk memperkenalkan website.
  2. Daftar Proyek: Berisi link dan gambar dari proyek yang pernah kamu buat, seperti:
    • Proyek Movie Ranking (dari pelajaran sebelumnya).
    • Proyek Undangan Ulang Tahun.
  3. Halaman About Me dan Contact Me: Untuk menceritakan tentang dirimu dan cara orang menghubungimu.

Langkah-Langkah Membuat Website Portfolio

1. Siapkan HTML Boilerplate

Mulailah dengan HTML boilerplate seperti yang sudah kita pelajari:

<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
  <meta charset="UTF-8">
  <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0">
  <title>Portfolio Saya</title>
</head>
<body>
  <h1>Selamat Datang di Portfolio Saya</h1>
  <h2>Proyek Saya</h2>
  <hr>
</body>
</html>

2. Tambahkan Proyek-Anda

Setiap proyek akan memiliki:

  • Judul Proyek.
  • Gambar (screenshot).
  • Link ke proyek.

Berikut contoh menambahkan proyek:

<h3>Movie Ranking Project</h3>
<a href="./public/movie-ranking.html">
  <img src="./assets/images/movie-ranking.png" alt="Movie Ranking Project" height="200">
</a>
<hr>
<h3>Birthday Invite Project</h3>
<a href="./public/birthday-invite.html">
  <img src="./assets/images/birthday-invite.png" alt="Birthday Invite Project" height="200">
</a>

3. Tambahkan Halaman About Me dan Contact Me

Di bagian bawah portfolio, tambahkan link untuk halaman tambahan:

<hr>
<h2>Halaman Lain</h2>
<a href="./public/about.html">About Me</a> | 
<a href="./public/contact.html">Contact Me</a>

Cara Menambahkan Screenshot Proyek

  1. Ambil Screenshot Proyek:

    • Gunakan tombol Print Screen (Windows) atau Command + Shift + 4 (Mac).
    • Simpan gambar di folder assets/images/.
  2. Tambahkan Gambar ke HTML: Gunakan tag <img> dengan atribut src:

    <img src="./assets/images/movie-ranking.png" alt="Movie Ranking Project" height="200">
    

Tips:

  • Gunakan atribut height="200" agar gambar tidak terlalu besar.
  • Beri nama file gambar yang jelas, misalnya: movie-ranking.png.

Contoh Kode Lengkap

Berikut adalah kode lengkap untuk website portfolio sederhana:

<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
  <meta charset="UTF-8">
  <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0">
  <title>Portfolio Saya</title>
</head>
<body>
  <h1>Selamat Datang di Portfolio Saya</h1>
  <h2>Proyek Saya</h2>
  <hr>

  <h3>Movie Ranking Project</h3>
  <a href="./public/movie-ranking.html">
    <img src="./assets/images/movie-ranking.png" alt="Movie Ranking Project" height="200">
  </a>
  <hr>

  <h3>Birthday Invite Project</h3>
  <a href="./public/birthday-invite.html">
    <img src="./assets/images/birthday-invite.png" alt="Birthday Invite Project" height="200">
  </a>
  <hr>

  <h2>Halaman Lain</h2>
  <a href="./public/about.html">About Me</a> | 
  <a href="./public/contact.html">Contact Me</a>
</body>
</html>

Tantangan: Buat Portfolio Versimu!

  • Kustomisasi judul, gambar, dan proyek.
  • Tambahkan halaman "About Me" dengan cerita tentang dirimu.
  • Tambahkan halaman "Contact Me" dengan cara orang bisa menghubungimu (email, media sosial, dll).

Kesimpulan

Selamat! Kamu baru saja membuat website portfolio pertama. Website ini adalah awal yang bagus untuk menunjukkan keahlianmu. Nantinya, kita akan belajar cara mempercantik website ini dengan CSS.

Jangan lupa bagikan website portfolio-mu kepada teman atau keluargamu. Sampai jumpa di pelajaran berikutnya, ya! 

Read more

Halo teman-teman! Kali ini, kita akan belajar tentang HTML Boilerplate , yaitu kerangka dasar yang menjadi struktur utama file HTML. Ibarat...

Halo teman-teman!

Kali ini, kita akan belajar tentang HTML Boilerplate, yaitu kerangka dasar yang menjadi struktur utama file HTML. Ibarat menulis surat, HTML Boilerplate ini seperti format standar: ada bagian pembuka, isi, dan penutup. Yuk, kita bahas langkah demi langkah!


Apa Itu HTML Boilerplate?

HTML Boilerplate adalah template awal yang digunakan untuk setiap file HTML. Ini memastikan bahwa kode HTML kita punya struktur yang rapi dan standar, sehingga browser bisa membaca dan menampilkan website kita dengan benar.


Komponen Dasar HTML Boilerplate

HTML Boilerplate terdiri dari beberapa bagian penting:

1. Deklarasi Doctype

Baris pertama di setiap file HTML adalah deklarasi Doctype. Ini memberi tahu browser bahwa kita menggunakan HTML5. Formatnya seperti ini:

<!DOCTYPE html>

2. Elemen <html>

Semua elemen HTML ada di dalam elemen <html>. Ini adalah akar dari dokumen HTML. Kita juga bisa menambahkan atribut lang untuk menunjukkan bahasa utama situs. Misalnya, jika situs dalam bahasa Indonesia:

<html lang="id">

3. Elemen <head>

Bagian ini berisi informasi tentang website yang tidak terlihat langsung oleh pengguna. Contohnya:

  • <meta charset="UTF-8">: Menentukan karakter yang digunakan. UTF-8 mendukung banyak karakter, termasuk emoji.
  • <title>: Menentukan judul website yang tampil di tab browser.
    <head>
      <meta charset="UTF-8">
      <title>Website Saya</title>
    </head>
    

4. Elemen <body>

Semua konten website, seperti teks, gambar, dan link, diletakkan di dalam elemen <body>. Misalnya:

<body>
  <h1>Halo Dunia!</h1>
  <p>Selamat datang di website saya.</p>
</body>

Struktur Lengkap HTML Boilerplate

Berikut adalah contoh lengkap HTML Boilerplate:

<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
  <meta charset="UTF-8">
  <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0">
  <title>Website Saya</title>
</head>
<body>
  <h1>Halo Dunia!</h1>
  <p>Selamat datang di website saya.</p>
</body>
</html>

Tips Penting: Shortcut Boilerplate di VS Code

Kamu tidak perlu mengetik semuanya secara manual setiap kali membuat file HTML baru. Di VS Code, cukup:

  1. Buat file baru dengan ekstensi .html.
  2. Ketik tanda seru ! lalu tekan Enter.
    VS Code akan otomatis men-generate HTML Boilerplate untukmu!

Latihan: Membuat Burger dengan HTML

Sekarang, saatnya berlatih! Bayangkan kita membuat sebuah burger, tapi dalam bentuk HTML. Gunakan elemen HTML untuk mewakili bagian-bagian burger:

Contoh:

<!DOCTYPE html>
<html lang="id">
<head>
  <meta charset="UTF-8">
  <title>Burger Saya</title>
</head>
<body>
  <div class="burger">
    <div class="bun-top">Roti Atas</div>
    <div class="lettuce">Selada</div>
    <div class="meat">Daging</div>
    <div class="bun-bottom">Roti Bawah</div>
  </div>
</body>
</html>

Coba buat burger versimu sendiri! Tambahkan elemen seperti keju, tomat, atau saus, dan pastikan menggunakan indentasi yang rapi agar kodenya mudah dibaca.


Kesimpulan

HTML Boilerplate adalah fondasi setiap website. Dengan memahami strukturnya, kamu sudah siap membangun halaman web yang lebih kompleks. Jangan lupa latihan membuat burger HTML-mu sendiri, ya!

Selanjutnya, kita akan belajar tentang nesting dan bagaimana menjaga kode tetap rapi dengan indentasi yang baik. Sampai jumpa di pelajaran berikutnya! 

Read more